Senin, 25 Desember 2017

laporan akhir plpg



LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN PEMBEKALAN
PESERTA PLPG TAHUN 2017
GURU KELAS TK (020)











OLEH :
NAMA                                     
NUPTK                                     :
NOMOR PESERTA                 :


TK 
KABUPATEN  - PROPINSI JAWA TIMUR
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan akhir pelaksanaan pembekalan peserta PLPG tahun  2017 disusun oleh :
Nama Peserta                         
NUPTK                                   :
Nomor Peserta                        :
Nama Sekolah                         : TK
Alamat Sekolah Lengkap        : Jl. Prop. Jawa Timur








Mengesahkan,
Kepala Sekolah




Penyusun,




KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmad dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir pembekalan materi PLPG 2017. Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk mengikuti kegiatan PLPG 2017 di Universitas Jember Propinsi Jawa Timur.
Penghargaan dan terimakasih penulis berikan kepada :
1.      Ibu Dr. i selaku mentor atas bimbingan, arahan dan masukan-masukan yang telah diberikan selama kegiatan pembekalan PLPG 2017
2.      Rekan-rekan sesama peserta atas kerjasamanya selama kegiatan pembekalan PLPG 2017. Semoga kita semua mendapatkan yang terbaik.
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu penulis memohon saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan dan kebermanfaatan laporan ini.






Banyuwangi, September 2017
Penulis

DAFTAR ISI
Cover
Lembar pengesahan
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I. SUMBER BELAJAR PEDAGOGIK
A.    Ringkasan materi
1.      Pengembangan pendidikan karater dan potensi peserta didik
2.      Teori belajar
3.      Model-model pembelajaran
4.      Media pembelajaran dan
5.      Evaluasi hasil belajar
B.     Deskripsi kemajuan yang diperoleh setelah pembekalan
1.      Materi yang sudah dipahami/kuasai
2.      Materi yang belum dapat dikuasai
C.     Materi esensial yang tidak ada dalam sumber belajar
D.    Materi yang tidak esensial namun ada dalam sumber belajar
E.     Masukan yang telah diberikan oleh mentor pada saat kegiatan pembekalan
BAB II. SUMBER BELAJAR BIDANG STUDI
A.    Ringkasan materi
B.     Deskripsi kemajuan yang diperoleh selama pembekalan
C.     Materi esensial yang tidak ada dalam sumber belajar
D.    Materi yang tidak esensial namun ada dalam sumber belajar
E.     Kemajuan dalam menyelesaikan latihan soal uraian
1.      Soal uraian yang dapat di selesaikan sendiri tanpa bantuan mentor
2.      Soal uraian yang dapat di selesaikan setelah mendapat bantuan mentor
3.      Soal uraian yang mana saja yang masih belum dapat diselesaikan dengan baik atau belum sempat dilakukan pembimbingan oleh mentor
BAB III. PENUTUP





















BAB I.
SUMBER BELAJAR PEDAGOGIK

A.  RINGKASAN MATERI
1.    PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DAN POTENSI PESERTA DIDIK
1.1 Pendidikan Karakter
Karakter merupakan watak, sifat, akhlaq maupun kepribadian yang membedakan seorang individu dengan individu lainnya. Orang yang berkarakter baik memiliki pemahaman tentang kebaikan, menyukai kebaikan, dan mengerjakan kebaikan. Pengertian pendidikan karakter menurut wikipedia, ialah suatu bentuk kegiatan manusia yang didalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi generasi selanjutnya. Menurut Elkind (2004), Pendidikan karakter ialah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Sedangkan menurut Thomas Lickona, Menyatakan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan dan melakukan nilai-nilai etika yang pokok. Oleh karena itu hakikat pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di indonesia adalah pendidikan moral. Tujuannya ialah membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik.
1.2 Bidang pengembangan anak usia dini
Masing-masing anak memiliki karakter yang berbeda dalam tingkatan usia dan perkembangannya. Macam-macam bidang pengembangan sebagai berikut:
1)        Nilai Agama Dan Moral. Anak mulai belajar moral dari lingkungannya. Misalnya anak usia  5 tahun sudah mampu belajar berperilaku baik atau sopan apabila diingatkan. Namun permasalahan yang dapat mengganggu perkembangan anak yakni apabila anak tersebut suka berbicara kotor, berbohong, mencuri, menghina dan berperilaku agresif.
2)        Sosial Emosional. Anak mulai belajar berperilaku, yang mana anak usia taman kanak-kanak seharusnya sudah memiliki satu atau dua sahabat. Namun perkembangannya akan terganggu apabila terjadi masalah sosial emosionalnya seperti penakut, pencemas, perasaan bersalah, rasa kecewa berlebihan, rendah diri dan pemalu.
3)        Kognitif. Anak mulai belajar berpikir. Pada usia 5 tahun sudah mampu untuk memahami. Permasalahan yang dapat menghambat perkembangan anak pada bidang ini yakni apabila anak tersebut berpikiran negatif dan suka menyalahkan orang lain.
4)        Bahasa. Anak mulai belajar mengolah kata. Perbendaharaan kata yang dimiliki anak usia 5 tahun kira-kira sebanyak 2500 kata. Namun perkembangannya akan terhambat apabila anak tersebut gagap dan  tidak dapat menerima atau menyampaikan bahasa.
5)        Motorik. Anak mulai mampu menggerakkan otot besar (motorik kasar) dan otot kecilnya (motorik halus). Pada usia 5 tahun anak mampu mengontrol gerakannya dengan baik. Namun perkembangannya akan terganggu apabila masalah seperti obesitas atau malnutrisi terjadi pada anak.
6)        Seni. Anak mulai belajar berkreatifitas. Anak usia 5 tahun mampu menyanyikan lagu dengan sikap yang benar dan menggambar berbagai macam bentuk.
Pengembangan pendidikan karakter sangat di perlukan untuk menggali kemampuan anak. Anak lahir membawa potensi yang berwujud fisik maupun non fisik. Dalam perjalanan waktu, setiap potensi yang dibawa oleh anak-anak akan mengalami dua kemungkinan yaitu tumbuh dan berkembang ataupun sebaliknya. Maka dengan itu guru diharapkan dapat mengembangkan potensi anak melalui pendidikan berkarakter untuk dapat mengetahui potensi yang dimiliki setiap anak.

2.    TEORI BELAJAR
Teori belajar merupakan teori yang mempelajari perkembangan anak secara intelektual (mental). Macam-macam teori belajar sebagai berikut:
2.1  Behavioristik (tingkah laku)
Menurut teori belajar thorndike, belajar akan berhasil jika respon anak puas dan senang terhadap suatu rangsangan yang diberikan. Menurut teori belajar pavlov, agar anak dapat belajar dengan baik maka harus diadakan pembiasaan. Sedangkan menurut teori belajar skinner, dalam belajar harus ada suatu ganjaran atau penguatan. Berdasarkan teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa teori belajar ini mengungkapkan tentang keyakinannya bahwa pembelajaran terjadi melalui hubungan stimulus (rangsangan) dan respon. Misalnya guru memberikan stimulus atau rangsangan kemudian anak yang merespon, baik dengan rasa senang ataupun puas. Belajar tingkah laku tidak lepas dari pembiasaan yang ditunjukkan dalam berperilaku sehari-hari dan juga dengan adanya suatu ganjaran dan penguatan sangat penting dalam proses belajar  anak. Ganjaran merupakan respon yang menyenangkan dan merupakan tingkah laku yang sifatnya subjektif. Sedangkan penguatan merupakan suatu yang mengakibatkan meningkatnya kemungkinan suatu respon dan lebih mengarah pada hal yang di amati atau di ukur. Penguatan terdiri atas penguatan negatif dan positif, tergantung pada respon yang diberikan anak. Tentunya penguatan itu bertujuan untuk tercapainya tingkat perkembangan anak.
2.2  Kognitif (berpikir)
Menurut teori belajar brunner, bagaimana manusia dapat belajar dan memperoleh pengetahuan kemudian menyimpan pengetahuan lalu menyampaikan pengetahuan tersebut. Bagaimana memperoleh dan menyampaikan pengetahuan dan bagaimana memecahkan masalah secara mandiri. Dalam mempelajari manusia ia beranggapan bahwa manusia itu sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Dalam belajar, informasi baru merupakan pembaharuan dari informasi yang sebelumnya dimiliki. Brunner menyabut pandangannya tentang belajar atau pertumbuhan kognitif sebagai konseptualisme instrumental. Pandangan ini berpusat pada 2 prinsip yakni, pengetahuan seseorang tentang alam di dasarkan pada model tentang kenyataan yang dibangunnya dan model semacam itu awalnya diadopsi dari kebudayaan seseorang, kemudian model itu diadaptasi pada kegunaan bagi orang yang bersangkutan.
Vygotsky menyatakan bahwa siswa dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial. Ada dua konsep penting dalam vygotsky yaitu zone of proximal development (zpd) dan scaffolding. Zpd merupakan jarak antara tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Sedangkan scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa pada tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya.
Menurut bandura, unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan. Peserta didik meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai model. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan dengan tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif.

3.    MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran merupakan strategi yang dilakukan seorang guru dalam proses belajar mengajar. Menurut Agus Suprijono (2010), model pembelajaran merupakan suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial. Sedangkan Komarudin (2010), Menjelaskan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai panduan atau pedoman dalam melakukan aktivitas pembelajaran. Oleh karena itu model pembelajaran dirancangan dan disusun sebaik mungkin agar dapat menciptakan suatu lingkungan untuk anak berinteraksi dalam pembelajaran sehingga terjadi perubahan perilaku atau perkembangan anak.
Ada dua jenis model pembelajaran anak usia dini yakni (a) berpusat pada anak (misal: bahan, ruang dan waktu dapat digunakan secara bebas oleh anak. (b) berpusat pada guru (misal: bahan, ruang dan waktu berdasarkan petunjuk guru.
3.1  MACAM MODEL PEMBELAJARAN
(1)   Model pembelajaran sudut-sudut kegiatan. Berikut aspek-aspek pendekatan sudut-sudut kegiatan. Ada lima sudut kegiatan yang disediakan yang dalam penggunaannya disesuaikan dengan program yang direncanakan dengan kisaran dua sampai lima sudut. Dalam kondisi tertentu dimungkinkan satu sudut lebih dari satu kegiatan. Alat-alat yang disediakan pada sudut-sudut kegiatan selayaknya lebih bervariasi dan sering diganti sesuai dengan tema atau sub tema yang dibahas.
Model pembelajaran sudut-sudut kegiatan
Sudut keluarga
Sudut alam dan pengetahuan
Sudut pembangunan
Sudut kebudayaan
Sudut ke-Tuhanan
 





Dengan di sajikannya penjabaran tentang model
-       Sudut Ketuhanan. Alat-alat yang ditempatkan adalah maket tempat ibadah, peralatan ibadah, gambar-gambar, dan alat lainnya yang sesuai dengan keagamaan.
-       Sudut keluarga. Alat-alat pada sudut keluarga terdiri dari kursi tamu, meja makan, peralatan dapur, peralatan ruang kamar tidur, boneka berbagai jenis, dan peralatan lain di ruang tamu.
-       Sudut alam sekitar dan pengetahuan. Alat-alat pada sudut alam sekitar dan pengetahuan terdiri dari akuarium, meja/rak untuk benda-benda obyek pengetahuan, kulit kerang, biji-bijian, batu-batuan, kaca pembesar, timbangan, magnet dan alat-alat untuk menyelidiki alam sekitar, gambar-gambar tentang alam sekitar dan gejala alam.
-       Sudut pembangunan. Alat-alat yang ditempatkan pada sudut ini adalah alat-alat untuk permainan konstruksi, seperti balok, keping, geometri, alat pertukangan, dan miniatur/model berbagai jenis kendaraan, plastisin, pledog, tanah liat.
-       Sudut kebudayaan. Alat-alat yang ditempatkan pada sudut kebudayaan adalah peralatan musik/perkusi, rak-rak buku, buku perpustakaan, alat untuk pengenalan bentuk, warna, konsep bilangan, simbol-simbol, alat untuk kreativitas, rumah adat, pakaian adat, tokoh-tokoh pewayangan.
Keberadaan sudut-sudut kegiatan tersebut dapat ditempatkan di dalam kelas maupun di ruang sendiri sesuai keadaan dan kondisi di PAUD masing-masing. Pada waktu kegiatan di sudut berlangsung, pendidik tidak hanya berada di salah satu sudut saja, tetapi juga memberikan bimbingan kepada peserta didik yang membutuhkan atau mengalami kesulitan.
(2) Model pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman seperti anak-anak dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan kegiatan yang berbeda-beda.
(3) Model pembelajaran area seperti area agama, area balok, area berhitung, area IPA, area musik, area bahasa, area membaca dan menulis, area drama, area pasir/air, area seni dan motorik.
(4) Model pembelajaran sentra seperti sentra bahan alam, sentra balok, sentra seni, sentra bermain peran, sentra persiapan, sentra agama, sentra musik.

4.        MEDIA PEMBELAJARAN
Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, video dan sebagainya.
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan memanfaatkan media dalam pembelajaran yaitu:
1. Pesan/informasi pembelajaran dapat disampaikan dengan lebih jelas, menarik, kongkrit dan tidak hanya dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka (verbalistis).
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. Misalnya objek yang terlalu besar dapat digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film atau model. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu dapat ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, dan lain-lain. Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model, diagram dan lain-lain.
3. Meningkatkan sikap aktif siswa dalam belajar.
4. Menimbulkan kegairahan dan motivasi dalam belajar.
5. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan.
6. Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
7. Memberikan perangsang, pengalaman dan persepsi yang sama bagi siswa.
Jenis media dibagi menjadi tiga kelompok diantaranya audio (pendengaran), visual (penglihatan). Dan audio visual (pendengaran dan penglihatan)
5.    EVALUASI HASIL BELAJAR
Brikerhoff (1986:ix) menjelaskan bahwa evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. Menurut Sudjana (2010) menyatakan hasil belajar ialah kamampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan untuk manentukan nilai atau tindakan dalam pembelajaran. Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai anak melalui program belajar. Evaluasi merupakan usaha yang dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan anak dalam waktu yang telah di tentukan secara berkala dan berkesinambungan. Sedangkan penilaiannya lebih diutamakan prosesnya dari pada produknya. Penilaian dilakukan mulai anak datang di sekolah, proses belajar, istirahat sampai anak pulang. Kemudian hasil dari evaluasi dikomunikasikan dalam bentuk pelaporan perkembangan anak.
Berikut macam-macam teknik penilaian: observasi, percakapan, penugasan, unjuk kerja, hasil karya, catatan anekdot dan portofolio.
Penilaian  hasil  belajar  oleh  pendidik  dilaksanakan  dalam  bentuk  penilaian autentik. Penilaian autentik merupakan pendekatan utama dalam penilaian hasil belajar oleh pendidik. Bentuk penilaian autentik mencakup:
1)   Observasi
2)   Catatan Anekdot
3)   Percakapan
4)   Penugasan
5)   Unjuk kerja
6)   Hasil karya
7)   Portopolio  
Beberapa prinsip penilaian sebagai berikut:
·      Mendidik
·      Berpusat pada anak
·      Berkesinambungan
·      Terencana, bertahap dan terus menerus
·      Obyektif
·      Akuntabel
·      Transparan
·      Sistematis
·      Menyeluruh
·      Bermakna
Adapun aspek yang dapat menjadi perhatian dalam evaluasi sebagai berikut: aspek pengetahuan dan pemahaman, aspek pemikiran, aspek keterampilan, aspek sikap dan kebiasaan kerja.

B.       DESKRIPSI KEMAJUAN YANG DIPEROLEH SETELAH PEMBEKALAN
1.      MATERI YANG SUDAH DIPAHAMI/ KUASAI
Materi yang sudah saya pahami ialah tentang teori belajar , model-model pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.
Didalam sumber belajar sudah di jelaskan secara runtut tentang materi tersebut secara jelas sehingga dapat dipahami dan dimengerti. Apalagi dengan disajikannya contoh seperti contoh rencana pelaksanaan pembelajaran harian (rpph), format penilaian dan lain sebagainya.
Dengan di sajikannya penjabaran tentang teori belajar, model pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi hasil belajar. Dengan keseluruhan itu sehingga dapat dipahami dan dijadikannya acuan pada bidang studi yang diampu.
2.      MATERI YANG BELUM DAPAT DIKUASAI
Materi yang belum dapat dikuasai menurut saya adalah tentang pengembangan pendidikan karakter dan potensi peserta didik.    
Materi tersebut tepatnya terletak di bagian permulaan. Belum terkuasainya materi tersebut dikarenakan di dalam sumber belajar yang membahas tentang materi tersebut kurang dijelaskan secara detail sehingga membuat sulit untuk dipahami. Pengembangan pendidikan karakter sangatlah penting dikuasai seorang guru. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh sumber daya manusianya. Mutu sumber daya manusia tidak hanya dilihat dari penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi saja, melainkan karakter atau perilakunya. Pengembangan pendidikan berkarakter bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sangat pentingnya materi ini dipahami sehingga diharapkan dapat dijelaskan secara lebih detail di dalam sumber belajar.

C.      MATERI ESENSIAL YANG TIDAK ADA DALAM SUMBER BELAJAR
Meteri esensial yang tidak ada dalam sumber belajar menurut saya adalah Manfaat penilaian.
Dalam sumber belajar pedagogik di bagian ahir memuat materi tentang evaluasi belajar. Namun di dalam materi tersebut ada yang belum di jelaskan yakni tentang manfaat penilaian. Adapun manfaat penilaian bisa dirasakan oleh anak, guru dan orantua.
Manfaat penilaian bagi anak: memelihara pertumbuhan anak untuk lebih sehat dan konsisten, perkembangan anak menjadi lebih optimal lagi, mendapatkan ransangan sesuai dengan perkembangan dan minat yang dimiliki anak, mendapatkan dukungan yang lebih sesuai dengan kebutuhan anak.
Manfaat penilaian bagi guru: guru dapat mengetahui tentang sikap, pengetahuan dan keterampilan anak, guru dapat mengetahui informasi lebih awal tentang hambatan atau gangguan pada anak, mengetahui kesesuaian stimulasi dalam layanan dengan kebutuhan perkembangan anak, dapat memberikan dukungan yang tepat pada anak, memiliki data dan informasi perkembangan anak.
Manfaat penilaian bagi orangtua: orangtua memperoleh informasi tentang pertumbuhan, perkembangan dan minat anak, mempermudah orangtua dalam memberikan stimulasi yang sesuai dan berkelanjutan dirumah, membuat keputusan bersama antara orangtua dan guru dalam memberikan dukungan pada anak.dalam layanan

D.      MATERI YANG TIDAK ESENSIAL NAMUN ADA DALAM SUMBER BELAJAR
Materi yang tidak esensial namun ada dalam sumber belajar. Menurut saya dari keseluruhan materi yang ada dalam sumber belajar sudah esensial semua. Seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik sangat di anjurkan untuk menguasai sumber belajar pedagogik ini. Dari bagian depan tentang pengembangan pendidikan karakter, teori belajar, model pembelajaran hingga evaluasi belajar. Materi tersebut sangat membantu guru dalam tugasnya sebagai pendidik. Sehingga semua pembahasan tentang materi yang ada dalam sumber belajar sudah esensial semuanya.

E.       MASUKAN-MASUKAN YANG TELAH DIBERIKAN OLEH MENTOR PADA SAAT KEGIATAN PEMBEKALAN
Masukan-masukan yang telah diberikan oleh mentor pada saat kegiatan pembekalan laporan sumber pedagogik ialah “Mohon tingkatkan dalam menyelesaikan tugas kedua”.
Mentor sangat aktif dalam mengikuti perkembangan para peserta PLPG 2017. Beliau selalu memberikan tanggapan di setiap laporan yang di unggah. Sehingga membuat peserta mengetahui hasil dari kualitas laporan yang telah dikerjakannya. Dan itu membuat peserta berusaha lebih baik lagi pada laporan selanjutnya. masukan–masukan yang diberikan oleh mentor membuat mudah dalam mengerjakan laporan. Mentor juga memberikan semangat pada saat peserta sedang mengerjakan laporan.





















BAB II.
SUMBER BELAJAR BIDANG STUDI

A.           RINGKASAN MATERI
1.      BIDANG PENGEMBANGAN DI PAUD
1.1  NILAI AGAMA DAN MORAL
Pendidikan nilai agama dan moral untuk anak usia dini merupakan pondasi yang kokoh dan sangat penting keberadaanya. Apabila hal itu tertanam dengan baik dalam setiap individu, maka hal tersebut merupakan awal pendidikan yang baik untuk melajutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Kemampuan memahami kaidah-kaidah moral dan mampu menjadikannya sebagai pedoman bertutur kata, bersikap, dan berperilaku bukanlah merupakan kemampuan bawaan melainkan harus diperoleh dalam proses belajar.
Konsep dasar moral yakni pengembangan pembiasaan perilaku yang baik, pengembangan nilai kebudayaan dan kebangsaan, pengembangan aturan hukum yang berlaku.
Karakteristik perkembangan moral dan agama terdiri atas beberapa tingkat yakni : 1) Prakonvensional (berdasarkan orientasi pada kepatuhan dan hukum). 2) Konvensional (diorientasikan pada harapan/penghargaan sosial). 3) Pasca Konvensional (prinsip etika universal). Berikut karakteristik anak menurut usia :
Umur
Karakteristik
1 th
Membangun moralitas melalui pengindraan dan pengalaman
2 th
Meniru perilaku keagamaan secara sederhana dan mulai mengekspresikan rasa sayang dan cinta kasih
3 th
Meniru perilaku keagamaan yang dilihat dan di dengarnya
4th
Meniru dan  mengucapkan bacaan doa/lagulagu keagamaan dan gerakan beribadah secara sederhana
5 th
Mengucapkan bacaan doa/lagu-lagu keagamaan, meniru gerakan beribadah, mengikuti aturan serta mampu belajar berperilaku baik dan sopan bila diingatkan
6 th
melakukan perilaku keagamaan secara berurutan dan  mulai belajar membedakan perilaku baik dan buruk
Prinsip perkembangan moral dan agama sebagai berikut : kasih sayang, perlindungan dan perawatan, waktu yang diberikan kepada anak, lingkungan belajar yang kondusif, belajar bersikap adalah belajar nilai, belajar moral di usia dini. Adapun cara mengembangkan moral dan agama sebagai berikut : 1) pengenalan doa, lagu keagamaan, macam agama, dan ciptaan Tuhan. 2) penanaman sikap dan perilaku. 3) pengembangan sikap kerjasama, rasa percaya diri, rasa peduli, tanggung jawab dan mengendalikan emosi.
Metode pengembangan moral dan agama diantaranya : keteladanan, pengalaman, bermain peran, bercerita dan bersyair.
1.2  BIDANG PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL
Perkembangan sosial merupakan proses pembentukan pribadi dalam masyarakat. Perkembangan sosial anak dapat dilihat dari tingkatan kemampuannya dalam berhubungan dengan oranglain dan menjadi anggota masyarakat yang produktif. perkembangan sosial adalah proses dimana anak mengembangkan keterampilan interpersonalnya, belajar menjalin persahabatan, meningkatkan pemahamannya tentang orang diluar dirinya, dan juga belajar penalaran moral dan perilaku.
Perkembangan emosi berkaitan dengan cara anak memahami, mengekspresikan dan belajar mengendalikan emosinya seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Emosi anak perlu dipahami para guru agar dapat mengarahkan emosi negative menjadi emosi positif sesuai dengan harapan sosial.
Keterampilan sosial adalah keterampilan atau strategi yang digunakan untuk memulai ataupun untuk mempertahankan suatu hubungan yang positif dalam interaksi sosial, yang diperoleh melalui proses belajar. Anak membutuhkan keterampilan agar dapat melakukan proses sosialisasi yaitu : 1) Proses imitasi adalah proses dimana anak belajar meniru perilaku yang dapat diterima secara sosial. Proses imitasi ini dilakukan ketika anak melihat secara langsung perilaku orang lain yang dijadikan contoh/model. Setelah melakukan proses imitasi, anak melakukan proses identifikasi. 2) Proses identifikasi adalah proses terjadinya pengaruh sosial pada anak , dimana anak ingin menjadi seperti orang yang dicontoh. Dalam proses identifikasi, anak berusaha berperilaku sesuai dengan orang yang ditirunya. 3) Proses internalisasi adalah proses penanaman serta penyerapan nilai-nilai. Dalam proses ini diperlukan pemahaman anak untuk membedakan nilai-nilai sosial yang baik dan buruk.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak meliputi : 1) lingkungan. 2) kematangan. 3) belajar (pembiasaan dan contoh). 4) inteligensi. 5) jenis kelamin. 6) status ekonomi. 7) kondisi fisik. 8) posisi anak dalam keluarga.
Perkembangan Sosial Emosional meliputi ; kompetensi sosial (menjalin hubungan dengan kelompok sosial), kemampuan sosial (perilaku yang digunakan dalam situasi sosial), kognisi sosial (pemahaman terhadap pemahaman, tujuan dan perilaku diri sendiri dan orang lain, perilaku prososial (kesediaan untuk berbagi, membantu, bekerjasama, merasa nyaman dan aman, dan mendukung orang lain) serta penguasaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan moralitas (perkembangan dalam menentukan standar baik dan buruk.
Ada sejumlah prinsip dapat dijadikan pegangan atau penuntun dalam membantu anak-anak dalam pengembangan kecerdasan emosi dan peningkatan keterampilan sosialnya, yaitu sebagai berikut:
a) Prinsip-prinsip keseharian
·      Memberi teladan
·      Mengingatkan dan menunjukkan keterampilan yang baru dipelajari
·      Paraphrading adalah mengingatkan kembali dengan kalimat sendiri
b) Teknik-teknik bertanya
·      Mengajukan pertanyaan terbuka
-Pertanyaan kausal, “mengapa kamu memukulnya?”
-Pertanyaan pilihan berganda, “kamu memukulnya karena dia mengganggu, karena dia mengambil mainan atau karena kamu sedang marah disebabkan sesuatu yang lain?”
-Pertanyaan benar-salah, “apa kamu memukulnya, ya atau tidak?”
-Pertanyaan terbuka, “apa yang terjadi antara kalian berdua?”
·      Dua pertanyaan berurutan dimana aturannya sederhana
·      Teknik colombo, aspek penting colombo adalah sikap persahabatan
c) Kiat-kiat jangka panjang
·      Kesabaran dan kegigihan
·      Keluwesan dan kreativitas
·      Penyesuaian dan
·      Perkembangan
1.3  BIDANG PENGEMBANGAN KOGNITIF
Secara umum kognitif diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Perkembangan kognitif terdiri atas dua bidang yakni pengenalan matematika dan sains. Beberapa langkah berikut bisa dilakukan untuk meningkatkan perkembangan anak usia dini.
a.    Meningkatkan kemampuan berpikir logis
Berfikir logis sangat dibutuhkan anak-anak, karena kemampuan ini dapat mendidik kedisiplinan yang sangat kuat. Logika berperan besar dalam menjadikan anak-anak semakin dewasa dengan keputusan matangnya.
b.    Menemukan hubungan sebab akibat
Dalam pengertian yang lebih luas, menemukan hukum sebab akibat dapat ditempuh dengan membuat hubungan antara dua variabel atau lebih. Dari dua hubungan tersebut, dapat diketahui, bahwa akibat dari suatu peristiwa ada sebabnya. Misalnya, penyebab kematian adalah sakit, penyebab rumah terbakar adalah hubungan arus pendek, penyebab mesin mogok adalah kerusakan dan lain sebagainya.
c.    Meningkatkan pengertian pada bilangan
Pernahkan anda menemukan orang yang sangat cepat dalam menghitung. Bukan menghitung dengan kalkulator atau komputer, melainkan berhitung secara awangan atau mencongak. jika pernah, maka ketahuilah bahwa orang tersebut mempunyai kepekaan terhadap bilangan sangat tinggi. Dengan bekal kepekaan terhadap angka dan bilangan inilah anak menjadi lebih mengerti dan cepat dalam memahami hubungan sebab-akibat.
Pengenalan matematika. Matematika itu bukanlah hanya sekedar berhitung, matematika merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari dan bukanlah sesuatu yang abstrak. Adapun konsep dasar yang dapat diajarkan untuk anak usia dini sebagai berikut : 1) mencocok 2) perbandingan/seriasi 3) klasifikasi 4) penjumlahan dan pengurangan.
Pengenalan sains. Pengembangan sains permulaan anak usia dini adalah kemampuan yang berhubungan dengan berbagai percobaan atau demonstrasi sebagai suatu pendekatan secara Sainstific atau Logis. Pengembangan sains di TK secara umum bertujuan agar anak mampu secara aktif mencari informasi mengenai apa yang ada di sekelilingnya. Sedangkan secara khusus permainan sains di TK bertujuan agar anak memiliki kemampuan mengamati berbagai perubahan yang terjadi, melakukan percobaan sederhana, melakukan kegiatan mengklasifikasi, membandingkan, memperkirakan dan mengkomunikasikannya serta membangun kreatifitas dan inovasi pada diri anak. Proses penemuan ilmiah dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Kegiatan sains dapat dilakukan oleh anak dan guru di Laboratorium atau Pusat Sains, tetapi juga dapat dilakukan di luar kelas dengan memanfaatkan lingkungan sekitar.
1.4  BIDANG PENGEMBANGAN BAHASA
Bahasa merupakan alat komunikasi yang bersifat universal, yang artinya hampir tidak ada seorang pun yang tidak berkomunikasi melalui bahasa. Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain baik melalui lisan,tulisan,isyarat atau mimik muka.
Kemampuan berbahasa bagi anak usia dini bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya. Ada beberapa keterampilan dalam berbahasa yakni : mendengar, berbicara, pra menulis, menulis, pramembaca, membaca.
Adapun prinsip pengembangan bahasa sebagai berikut :
·      Pembelajaran harus berorientasi pada kemampuan yang hendak dicapai sesuai potensi anak. Misalnya anak dapat menyebutkan makanan khas kota Bandung,
·      Tumbuhkan kebebasan dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan dikaitkan dengan spontanitas. Misalnya anak dapat mengungkapkan pengalamannya yang berkaitan dengan naik kendaraan.
·      Diberikan alternatif pikiran dalam mengungkapkan isi hatinya. Apabila anak sulit untuk mengungkapkan pikirannnya dengan kata-kata bisa dilakukan melalui tulisan atau gambar.
·      Komunikasi guru dan anak akrab dan menyenangkan
·      Guru menguasai pengembangan bahasa
·      Guru bersikap normatif, model, contoh pengguna bahasa Indonesia yang baik dan benar
·      Bahan pembelajaran membantu pengembangan kemampuan dasar anak
·      Tidak menggunakan huruf satu-satu secara formal.
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa anak yaitu :
·      Berbedanya cara bagaimana si anak mempelajari bahasa tersebut,
·      Berbedanya jenis bahasa yang dipelajari si anak,
·      Berbedanya karakteristik kepribadian anak, dan
·      Berbedanya lingkungan tempat proses pembelajaran bahasa itu terjadi.
1.5  BIDANG PENGEMBANGAN FISIK-MOTORIK
Perkembangan fisik-motorik merupakan semua gerakan yang mungkin dilakukan oleh seluruh tubuh melalui kegiatan pusat saraf dan otot yang terkoordinasi. Adapun pembahasannya sebagai berikut :
·           Perkembangan fisik pada anak usia dini memiliki ciri-ciri antara lain tinggi badan, berat badan, perbandingan tubuh, postur tubuh, tulang dan otot, lemak dan gigi. Perkembangan fisik ditunjukkan untuk mengembangkan 6 aspek yang meliputi: koordinasi, kekuatan, ketahanan, kecepatan, kecekatan dan keseimbangan.
·           Aktivitas motorik untuk anak usia dini dikatagorikan sebagai berikut: 1) motorik halus (otot kecil). Kata halus menyatakan suatu kualitas kepekaan atau suatu yang  rumit. Bagian-bagian tubuh tertentu bergerak dalam daerah yang terbatas untuk menghasilkan tanggapan / reaksi / respons yang tepat. Koordinasi yang terlibat dalam keterampilan gerak halus biasanya berwawasan ketepatan dan sering berhubungan dengan koordinasi tangan – mata. Meronce, mewarna, melipat, menulis  termasuk keterampilan motorik halus. 2) motorik kasar (otot besar). mengacu kepada suatu kualitas yang berlawanan dengan halus. Suatu keterampilan gerak kasar melibatkan konstruksi dan pemakaian otot-otot tubuh yang besar, Seluruh tubuh biasanya ikut dalam gerakan, seperti melompat, berlari, menendang dan sebagainya.
·           Kesehatan dan gizi. Kesehatan dan gizi dapat diartikan sebagai suatu hal yang mendatangkan sehat atau kebaikan dengan diberikan zat makanan yang dibutuhkan tubuh. Potensi anak dapat dikembangkan jika anak sehat secara fisik maupun mentalnya.
1.6  BIDANG PENGEMBANGAN SENI
Seni adalah hasil keindakan kreasi manusia. Pembelajaran seni adalah sejumlah kegiatan yang dapat dilakukan oleh anak dengan lebih banyak melibatkan kemampuan motorik, khususnya motorik halus. Melalui seni, anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan fantasi serta kreatifitas dengan berbagai cara dan juga mereka akan belajar bagaimana cara mengekspresikan diri, minat, kemampuan serta keterampilan mereka.
Bentuk pengembangan seni anak usia dini antara lain :
·           Seni grafik. Adalah seni yang dihasilkan melalui proses cetak mencetak. Umumnya dipakai untuk media ekspresi terhadap hal-hal yang menarik perhatian.
·           Seni tari. Menari adalah aktifitas menggerakkan tubuh untuk mengekspresikan gagasan, merespon musik, dan mencurahkan perasaan. Tujuannya untuk mendemonstrasikan suatu keterampilan dan melatih keseimbangan saat bergerak.
Seni musik. adalah salah satu komponen pembelajaran seni untuk anak usia dini. Bermain musik serta mendengarkan musik merupakan salah satu kegiatan yang digemari anak-anak.

2.      BERMAIN DAN PERMAINAN
Bermain adalah hak asasi bagi anak usia dini yang memiliki nilai utama dan hakiki pada masa pra sekolah. Bermain merupakan keseluruhan aktifitas yang dilakukan oleh individu yang sifatnya menyenangkan, yang berfungsi untuk membantu individu mencapai perkembangan yang utuh dalam bidang perkembangan. Anak usia dini tidak membedakan antara bermain, belajar dan bekerja, umumnya anak-anak menikmati permainan dan akan terus melakukan dimanapun dan kapan saja mereka punya kesempatan. Dengan demikian anak dapat mempelajari berbagai keterampilan dengan senang hati tanpa adanya tindak pemaksaan. Kegiatan bermain dapat digunakan untuk menarik perhatian kepada anak dan mampu untuk mengembangkan pengetahuan anak.
2.1 Teori bermain klasik
-            Teori Surplus energi – sc hiller/spencer. Bermain merupakan penyaluran energi yang berlebihan. Anak yang memperoleh cukup gizi dan waktu beristirahat umumnya memiliki kelebihan energi sehingga untuk membuang energi berlebih itu dilakukan kegiatan bermain.
-            Teori Rekreasi - lazarus. Teori ini mengungkapkan apabila seseorang telah lelah bekerja/belajar maka ia memerlukan bermain untuk menghilangkan kepenatan akibat bekerja/belajar yakni  dengan mengisi kembali energi yang telah terpakai dalam bekerja.
-            Teori Rekapitulasi – G.stanley hall. Dalam pandangannya yang biogenetis menyatakan bahwa selama perkembangannya, anak akan mengalami semua fase kemanusiaan. Permainan itu merupakan penampilan dari semua faktor hereditas ( waris, sifat keturunan ): yaitu segala pengalaman jenis manusia sepanjang sejarah akan diwariskan kepada anak keturunannya, mulai dari pengalaman hidup dalam gua-gua, berburu, menangkap ikan, berperang, bertani, berhuma, membangun rumah sampai dengan menciptakan kebudayaan dan seterusnya. Semua bentuk ini dihayati oleh anak dalam bentuk permainan-permainannya. Pandangan ini mencoba menemukan hubungan antara kegiatan bermain dengan evolusi kebudayaan. Dan juga mengatakan bahwa anak-anak mengulangi aktifitas leluhurnya.
-            Teori Praktis - groos. Merupakan semacam latihan awal dimana bermain mempersiapkan anak-anak untuk peran-peran yang akan dilakukan dikemudian hari. Dan juga mengatakan bahwa permainan itu mempunyai tugas biologis, yaitu melatih macam-macam fungsi jasmani dan rohani. Waktu bermain merupakan kesempatan baik bagi anak untuk melakukan penyesuaian diri terhadap lingkunagn hidup itu sendiri. Permainan bagi anak itu sama pentingnya dengan taktik dalam peperangan , bagi orang dewasa. Maka anak manusia itu memiliki masa kanak-kanak yang dimanfaatkan dengan bermain-main untuk melatih diri dan memperoleh kegembiraan.
2.2 Teori bermain modern
-            Teori psikoanalitik – sigmund freud. mengatakan bahwa bermain berfungsi untuk mengekspresikan dorongan implusif sebagai cara untuk mengurangi kecemasan yang berlebihan pada anak. Bentuk kegiatan bermain yang ditunjukan berupa bermain fantasi dan imajinasi dalam sosiodrama atau pada saat bermain sendiri. Melalui bermain dan berfantasi anak dapat mengemukakan harapan-harapan dan konflik serta pengalaman yang tidak dapat diwujudkan dalam kehidupan nyata, contoh, anak main perang-perangan untuk mengekspresikan dirinya, anak yang meninju boneka dan pura-pura bertarung untuk menunjukkan kekesalannya. Hal ini menunjukkan bermain anak sebagai alat yang penting bagi pelepasan emosinya serta untuk mengembangkan rasa harga diri ketika anak dapat menguasai tubuhnya, benda-benda serta sejumlah keterampilan sosial.
-            Teori kognitif – piaget. mengungkapkan bahwa bermain mampu mengaktifkan otak anak, mengintegrasikan fungsi belahan otak kanan dan kiri secara seimbang dan membentuk struktur syaraf, serta mengembangkan pilar-pilar syaraf pemahaman yang berguna untuk masa mendatang. Berkaitan dengan itu pula otak yang aktif adalah kondisi yang sangat baik untuk menerima pelajaran.
-            Teori kognitif – vigotsky.  Bahwa bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan kognitif anak. Anak usia dini tidak mampu berpikir abstrak karena bagi mereka makna dan objek berbaur menjadi satu. Akibatnya anak tidak dapat berpikir dalam kegiatan bermain khayal dan menggunakan objek. Misalnya sepotong kayu untuk mewakili benda lain yaitu ‘kuda’ dari kuda sesunggguhnya. Dengan demikian akhirnya anak mampu berpikir mengenai makna secara terpisah dari objek yang mewakilinya. Jadi bermain simbolik mempunyai peran penting dalam perkembangan berpikir abstrak.
-            Teori kognitif – bruner/sutton – smith singer. 1) memberi penekanan pada fungsi bermain sebagai sarana mengembangkan kreatifitas dan fleksibilitas. Dalam bermain, yang lebih penting bagi anak adalah makna bermain dan bukan hasil akhirnya. 2) percaya bahwa transformasi simbolik yang muncul dalam kegiatan bermain khayal (misalnya: pura-pura menggunakan balok sebagai ‘kue’), memudahkan transformasi simbolik kognisi anak sehingga dapat meningkatkan fleksibilitas mental mereka. bermain memberikan berbagai kemungkinan sehingga anak dapat menentukan bermacam pilihan dan mengatur fleksibilitas secara baik. Dengan demikian, anak dapat menggunakan ide-idenya dengan cara baru serta tidak biasa dan menghasilkan ide kreatif yang dapat diterapkan untuk tujuan adaptif. 3) bermain imajinatif sebagai kekuatan posif untuk perkembangan manusia. bermain sebagai mekanisme coping terhadap ketidakmatangan emosi. bermain memberikan suatu cara bagi anak untuk menunjukan kecepatan masuknya rangsangan (stimulasi), baik dari dunia luar maupun dunia dalam yaitu aktivitas otak yang secara konstan memainkan kembali dan merekam pengalaman-pengalaman. Dan juga melalui bermain,anak dapat mengoptimalkan laju stimulasi dari luar dan dari dalam, karena itu mengalami emosi yang menyenangkan. Tidak menjadikan anak ‘bengong’ karena terlalu banyak stimulasi atau bosan karena kurangnya stimulasi. Contohnya, anak yang tidak punya kegiatan selama menunggu di lapangan terbang, dapat terlibat dengan stimulasi yang berasal dari dalam yaitu bermain imajinatif.
-            Teori arousal mudulation. bermain disebabkan adanya kebutuhan atau dorongan agar sistim saraf pusat tetap berada dalam keadaan terjaga. Bila terlalu banyak stimulasi, arousal (gairah) akan meningkat sampai batas yang kurang sesuai dan menyebabkan seseorang akan mengurangi aktivitasnya. Contoh, bila anak mendapatkan mainan baru maka arousal meningkat dan dengan mengeksplorasi benda asing itu arousal akan menurun sehingga anak menjadi terbiasa dengan benda tersebut. Sebaliknya kalau kurang stimulus akan timbul rasa bosan sebab tingkat arousal menurun tajam.
-            Teori bateson. Mengatakan bahwa bermain tidak akan muncul dalam keadaan vakum. Kegiatan bermain itu sendiri selalu dipengaruhi oleh konteks, yaitu keadaan sekitar dimana kegiatan berlangsung. Memberi contoh status sosial anak mempengaruhi kegiatan bermainnya, misalnya anak termuda mendapat peran sebagai orang yang disuruh-suruh.
2.3 Manfaat Bermain Dalam Bidang Perkembangan Anak Usia Dini
Bahasa, Dalam bermain otomatis anak akan berkomunikasi dengan rekan mainnya atau temannya. Dalam komukasi tersebut secara tidak langsung anak akan menambah perbendaharaan katanya. Moral, dalam bermain anak belajar besikap jujur, menerima kekalahan, menjadi pimpinan yang baik, dan tenggang rasa. Sosial, Bermain merupakan pembelajaran bagi anak untuk bersikap sosial. Dalam bermain anak diajarkan untuk saling membantu, saling memberi, gotong royong, dan masih banyak sikap-sikap sosial lainnya yang bisa anak ambil dalam bermain. Emosi, bermain adalah tempat untuk meluapkan emosi/perasaan dan juga untuk mengendalikan diri atau juga bisa untuk terapi untuk anak yang mengalami gangguan emosi. Kognitif, dengan bermain anak dapat belajar tentang berbagai konsep dan mengatasi masalah sehingga bisa diterima dilingkungannya. Fisik, Secara otomatis dalam bermain fisik atau tubuh anak akan bergerak. Dari gerakan-gerakan tersebut motorik anak akan berkembang. Sehingga anak dapat memiliki kecakapan motorik dan kecakapan pengindraan yang baik. Kreatifitas. Kreativitas anak akan terbentuk dengan sendirinya dengan cara bermain, mengapa ? karena dalam bermain anak akan berfikir bagaimana teknik dari permainan tersebut dan bagaimana teknik untuk memenangkan permainan tersebut. Bermain juga dapat merangsang imajinasi anak dan memberikan kesempatan bagi anak untuk menuangkan ide-idenya tanpa merasa takut karena dalam bermain anak memiliki kebebasan.
2.4  TAHAPAN PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
-       Unoccupied behavior/ gerakan kosong. Pada tahapan ini, anak terlihat tidak bermain seperti yang umumnya dipahami sebagai kegiatan bermain. Anak hanya mengamati kejadian di sekitarnya yang menarik perhatiannya. Apabila tidak ada hal yang menarik, maka anak akan menyibukkan dirinya sendiri. Ia mungkin hanya berdiri di suatu sudut, melihat ke sekeliling ruangan, atau melakukan beberapa gerakan tanpa tujuan tertentu. Jenis bermain semacam ini hanya dilakukan oleh bayi. Jenis bermain ini belum menunjukkan minat anak pada aktivitas atau objek lainnya. Tahapan bermain ini biasanya hanya dilakukan oleh bayi.
-       Unlocker behaviour/ tingkah laku pengamat. Pada tahapan ini, anak melihat atau memperhatikan anak lain yang sedang bermain. Anak-anak mulai memperhatikan lingkungannya. Di sinilah anak mulai mengembangkan kemampuannya untuk memahami bahwa dirinya adalah bagian dari lingkungan. Walaupun anak sudah mulai tertarik dengan aktivitas lain yang diamatinya, anak belum memutuskan untuk bergabung. Dalam tahapan ini anak biasanya cenderung mempertimbangkan apakah ia akan bergabung atau tidak.
-       Solitari play/ bermain soliter. Pada tahapan ini, anak bermain sendiri dan tidak berhubungan dengan permainan teman-temannya. Anak asyik sendiri dan menikmati aktivitasnya. Ia tidak memperhatikan hal lain yang terjadi. Untuk anak-anak, bermain tidak selalu seperti aktivitas bermain yang dipahami oleh orang dewasa. Ketika ia merasa antusias dan tertarik akan sesuatu, saat itulah anak disebut bermain, walaupun mungkin anak hanya sekedar menggoyangkan badan, menggerakkan jari-jarinya, dll. Pada tahapan ini, anak belum menunjukkan antusiasmenya kepada lingkungan sekitar, khususnya orang lain. Tahapan bermain ini biasanya dilakukan oleh anak usia bayi sampai umur 2 tahun dan menurun di masa-masa selanjutnya.
-       Parraley play/ bermain paralel. Pada tahapan ini, anak bermain terpisah dengan teman-temannya namun menggunakan jenis mainan yang sama ataupun melakukan perilaku yang sama dengan temannya. Anak bahkan sudah berada dalam suatu kelompok walaupun memang tidak ada interaksi di antara mereka. Biasanya mereka mulai tertarik satu sama lain, namun belum merasa nyaman untuk bermain bersama sehingga belum ada satu tujuan yang ingin dicapai bersama. Tahapan bermain ini biasanya dilakukan oleh anak-anak di masa awal sekolah.
-       Associative play/ bermain asosiatif. Pada tahapan ini, anak terlibat dalam interaksi sosial dengan sedikit atau bahkan tanpa peraturan. Anak sudah mulai melakukan interaksi yang intens dan bekerja sama. Sudah ada kesamaan tujuan yang ingin dicapai bersama namun biasanya belum ada peraturan. Misalnya melakukan anak melakukan permainan kejar-kejaran, namun seringkali tidak tampak jelas siapa yang mengejar siapa. Tahapan bermain ini biasanya dilakukan oleh sebagian besar masa anak-anak prasekolah.
-       Cooperative play/ bermain kooperatif. Pada tahapan ini, anak memiliki interaksi sosial yang teratur. Kerja sama atau pembagian tugas/peran dalam permainan sudah mulai diterapkan untuk mencapai satu tujuan tertentu. Misalnya, bermain sekolah-sekolahan, membangun rumah-rumahan, dll.  Tipe permainan ini yang mendorong timbulnya kompetisi dan kerja sama anak. Tahapan bermain ini biasanya dilakukan oleh anak-anak pada masa sekolah dasar, namun dalam sudah dapat dimainkan oleh anak-anak taman kanak-kanak bentuk sederhana.
2.5 Faktor yang mempengaruhi perkembangan bermain anak.
Ø Faktor kesehatan. Anak-anak yang memiliki kesehatan yang baik tentu saja memiliki lebih banyak energi untuk bermain dari pada anak-anak yang kurang sehat dan sering sakit-sakitan, sehingga anak-anak yang sehat biasanya lebih banyak menghabiskan waktunya dengan permainan yang membutuhkan energi yang lebih banyak.
Ø Faktor Intelegensi. Anak-anak yang memiliki kercerdasan biasanya lebih aktif dalam bermain dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang kurang. Anak-anak yang cerdas biasanya lebih memilih permainan yang bersifat intelektual dan merangsang daya fikir mereka, sementara anak-anak yang kurang cerdas biasanya memilih permainan yang monoton.
Ø Faktor lingkungan. Lingkungan yang menyediakan fasilitas, ruang maupun waktu bermain bagi anak-anak biasanya merangsang anak-anak untuk banyak bermain. Karena itu penting bagi orang tua untuk memilih kompleks perumahan yang menyediakan lokasi permainan umum.
Ø Faktor Jenis kelamin. Biasanya anak-anak perempuan lebih senang melakukan permainan yang tidak menghabiskan energi yang lebih banyak, seperti bermain boneka, rumah-rumahan, dan biasanya mereka malas melakukan permainan seperti memanjat, berlari-lari, atau kegiatan fisik yang lain karena lebih menghabiskan banyak energi, hal tersebut berbeda dengan anak laki-laki.
Ø Faktor ekonomi. Status ekonomi seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga berada, yang difasilitasi dengan beragam mainan, berbeda dengan anak yang tumbuh dalam keluarga dengan status ekonomi yang lebih terbatas.
Ø Alat dan jenis permainan yang cocok: Pilih alat bermain sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak dan Alat permaianan tidak selalu harus dibeli ditoko dan harus mahal.
Ø Perkembangan motorik, perkembangan motorik anak sangat mempengaruhi permainan anak baik itu motorik kasar maupun motorik halus. anak yang memiliki perkembangan motorik yang baik maka anak itu dapat melakukan berbagai macam permainan .
2.5  Prinsip bermain anak usia dini.
Ø Prinsip Produktivitas. Permainan edukatif harus dapat mengembangkan sikap produktif pada diri anak sebagai pengguna dan pemain dalam permainan itu sendiri. Harus bersifat mendidik kegiatan yang positif bagi anak.
Ø Prinsip Aktivitas. Permainan edukatif harus mampu mengembangkan sikap aktif pada anak. Permainan yang digunakan dan dapat diterapkan langsung dengan anak (siswa terlibat langsung).
Ø Prinsip Efektivitas dan Efisiensi. Prinsip ini menjadi tolak ukur dari efek permainan edukatif yang digunakan. Permainan yang digunakan bisa dibuat dari bahan-bahan yang tidak terpakai (daur ulang).
Ø Prinsip Kreativitas. Melalui permainan, diharapkan anak mampu merancang sesuatu yang baru dan berbeda dan menimbulkan kepuasan pada anak. Permainan dapat menimbulkan anak secara kreatif dalam melaksanakan suatu kegiatan.
Ø Prinsip Mendidik dengan Menyenangkan. Permainan edukatif harus memperhatikan sisi kemampuan anak. Sehingga dapat menghasilkan kegiatan yang positif dan dapat menyenangkan si anak, agar permainan yang digunakan tidak bosan.
3.      TEKNOLOGI INFORMASI DAN TELEKOMUNIKASI UNTUK PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
3.1 Pengertian
Teknologi informasi. Meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi telekomunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat satu keperangkat yang lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi antar media. Istilah TIK muncul setelah adanya perpaduan antara teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunak) dengan teknologi komunikasi pada pertengahanabad ke-20. Perpaduan kedua teknologi tersebut berkembang pesat melampaui bidang teknologi lainnya. Hingga awal abad ke-21, TIK masih terus mengalami berbagai perubahan dan belum terlihat titik jenuhnya
3.2 Pembelajaran berbantuan TIK dan Pembelajaran berbasis aneka sumber
Seiring pembelajaran berbantuan TIK tersebut menarik anak untuk mengikuti suatu kegiatan. Pemanfaatan pembelajaran berbasis TIK tidak sebatas pada belajar dikomputer namun juga bersumber pada sumber belajar yang lainnya misal lingkungan sekitar, lingkungan alam dll. Adapun manfaat pembelajaran berbasis aneka sumber bagi peserta didik adalah menemukan bakat yang terpendam yang selama ini tak nampak, anak dapat menyeimbangkan antara pengetahuan dan keterampilan, anak dapat belajar sesuai kondisinya.
Fungsi TIK dalam pembelajaran PAUD ialah sebagai alat sekaligus bahan untuk menstimulasi dalam pencapaian perkembangan anak. Adapun kelebihan/ manfaatnya ialah sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan dalam meningkatkan pembelajaran demi mencapai tujuan pendidikan, memberikan rangsangan semangat/ motifasi anak usia dini untuk dapat belajar dengan mudah dan menyenangkan sehingga mereka tidak merasa jenuh/bosan dalam belajar. Dan juga untuk meningkatkan kepuasan siswa, meningkatkan gairah dalam belajar, meningkatkan kualitas pembelajaran dan pelayanan, memperluas basis siswa, dan mengurangi biaya operasional.
3.3    Prinsip dan Jenis TIK
Prinsip TIK dalam pembelajaran hendaknya dirancang, direncanakan, dilaksanakan dan selalu dievaluasi agar benar-benar optimal dalam pembelajaran PAUD.
Adapun jenis TIK yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran di PAUD
-       Audio. adalah sebuah media pembelajaran yang mengandung pesan-pesan dalam bentuk auditif (Pendengaran), serta hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio dan kaset. Untuk pendidikan anak usia dini media ini dapat digunakan untuk memutar sebuah cerita ataupun lagu-lagu untuk anak-anak, melalui media ini anak diperintahkan untuk menyimak, mendengarkan atau bahkan meniru cerita atau lagu-lagu yang diputarkan. Manfaat media audio untuk anak usia dini ialah dapat merangsang perkembangan imajinasi dan perkembangan bahasanya. Oleh karenanya untuk dapat memanfaatkan media audio dengan baik, media ini harus dipersiapkan secara maksimal, seperti besar kecilnya volume suara, serta intonasi-intonasi suara yang diperdengarkan. Intinya adalah seorang anak dapat menangkap dan memahami suara yang didengarnya, baik itu cerita maupun lagu anak-anak.
-       Video. adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Bentuk media visual ialah media grafis dan media proyeksi. Media grafis adalah media visual yang mengkomunikasikan antara fakta dan data yang berupa gagasan atau kata-kata verbal dengan gambar seperti poster, kartun dan komik. Sedangkan media proyeksi adalah media proyektor yang mempunyai unsur cahaya dan lensa atau cermin, misalnya OHP, slide, dan film strip. Dibandingkan dengan media audio, media visual dalam situasi tertentu lebih baik untuk digunakan sebagai media pembelajaran, khususnya bagi anak usia dini. Dengan menggunakan penglihatannya seorang anak akan dapat mengetahui persis tentang sesuatu yang dipelajari. Hanya saja bagi anak yang memiliki keterbatasan dalam penglihatan media ini kurang pas untuk diterapkan dalam pembelajaran.
-       Komputer. Adalah sebuah alat elektronik yang mampu untuk melakukan proses pengolahan data dalam bentuk teks, suara maupun gambar sehingga dapat menghasilkan output berupa informasi yang dibutuhkan dan juga dirancang untuk memanipulasi data dengan cepat, tepat dan akurat.
-       Internet. ialah jaringan global antar alat elektronik seperti komputer, leptop, ponsel untuk berkomunikasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya di belahan dunia (seperti sekolah, universitas, institusi riset, museum, bank, perusahaan bisnis, perorangan, stasiun TV ataupun radio). Dunia anak adalah dunia yang paling menyenangkan. Hampir setiap orangtua selalu memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka, terutama kala mereka masih kanak-kanak karena masa anak-anak adalah masa yang paling menentukan dalam proses pertumbuhan psikologis mereka di masa mendatang. Dengan memberikan pendidikan yang tepat kepada anak maka akan dapat diperoleh landasan yang kuat bagi masa depan anak-anak itu. Media informasi internet merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi yang tepat untuk menetapkan pendidikan yang sesuai bagi anak.
3.4    Perbandingan antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran berbasis TIK
Kelemahan
Pembelajaran konvensional
Pembelajaran berbasis TIK
-  Kurang bisa mengakomodasi/ memfasilitasi kecepatan belajar siswa
-  Mahal dalam penyiapan infra struktur/prasarana
-  Sambungan jaringan
Kelebihan
-  Murah
-  Mudah dilaksanakan
-  Interaksi antara guru dan siswa lebih cepat
-  Bisa memvisualisasikan peristiwa yang berbahaya dan sulit dipraktekkan
-  Fleksibel/ tidak terbatas ruang dan waktu

4.        PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pengamatan yang menerapkan tindakan didalam kelas dengan menggunakan aturan sesuai dengan metodologi penelitian yang dilakukan dalam beberapa periode atau siklus.
PTK memiliki karakteristik tersendiri sebagai pembeda dengan penelitian lainnya. Diantaranya :
1.    PTK adalah suatu penelitian tentang situasi kelas yang dilakukan secara sistematik, dengan mengikuti prosedur atau langkah-langkah tertentu.
2.    Kegiatan tersebut didorong oleh permasalahan dalam kelas yang dihayati oleh guru dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sebagai orang yang berupaya membelajarkan siswa.
3.    Tujuannya adalah untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelas dan/atau meningkatkan kualitas situasi kelas tersebut, termasuk praktek-praktek yang ada di dalamnya.
4.    Upaya pemecahan masalah dan/atau peningkatan kualitas tersebut dapat dilakukan oleh satu orang, yaitu guru kelas itu sendiri. Namun, upaya tersebut akan lebih berhasil guna apabila dilakukan secara kolaboratif oleh suatu tim yang anggota-anggotanya terdiri atas orang-orang dari dalam sekolah itu, atau secara bersama-sama antara orang-orang dari sekolah tersebut dengan pihak luar.
5.    Ukuran keberhasilan PTK didasarkan pada kemanfaatannya memecahkan masalah yang timbul di dalam kelas dan/atau meningkatkan kualitas sistem dalam kelas itu serta praktek-praktek yang ada didalamnya.
6.    Kredibilitas ‘teori’ atau ‘hipotesis’ ditentukan oleh kemanfaatannya dalam memecahkan persoalan praktis. Oleh karena itu validitasnya diuji melalui praktek di lapangan, tidak melalui uji kebenaran ilmiah.
Berikut tabel perbedaan PTK dengan penelitian lainnya :
NO
ASPEK
PTK
Penelitian non PTK
1
Peneliti
Guru
Orang luar
2
Rencana penelitian dan proses pengumpulan data
Oleh guru (mungkin dibantu orang luar)
Oleh peneliti
3
Munculnya masalah
Dirasakan oleh guru (mungkin dengan dorongan orang luar)
Dirasakan oleh orang luar
4
Ciri utama
Ada tindakan untuk perbaikan yang berulang (siklus)
Belum tentu ada
5
Peran guru
Sebagai guru dan peneliti
Sebagai guru (objek penelitian)
6
Hasil penelitian
Langsung dimanfaatkan oleh guru dan dirasakan oleh kelas
Menjadi milik peneliti belum tentu dimanfaatkan oleh guru

Dilaksanakannya PTK bertujuan sebagai : 1) Pemecah permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan para guru. 2) Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara terus menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat. 3) Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan proses pembelajaran 4) Sebagai alat training in-service,yang memperlengkapi guru dengan skill dan metode baru, mempertajam kekuatan analisisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya. 5) Sebagai alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap system pembelajaran yang berkelanjutan yang biasanya menghambat inovasi dan perubahan. 6) Peningkatan hasil mutu pendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis keterampilan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
Ada beberapa prinsip yang mendasari penelitian tindakan kelas yaitu :a) Tugas utama guru adalah mengajar, dan apapun model PTK yang diterapkannya sebaiknya tidak mengganggu komitmennya sebagai pengajar. b) Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru, sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran. c) Metodologi yang digunakan harus cukup reliabel, sehingga memungkinkan guru mengidentifikasikan serta merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat ditetapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis yang digunakannya. d) Masalah penilitian yang diambil oleh guru hendaknya masalah yang cukup merisaukannya dan bertolak dari tanggungjawab profesionalnya, guru sendiri mmemiliki komitmen terhadap pemecahannya. e) Dalam penyelenggaraan PTK, guru haruslah bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. f) Meskipun kelas merupakan cakupan tanggungjawab seorang guru, namun dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan Classroom Exceeding Perspective, dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam perspektif sekolah secara keseluruhan (skala makro).
Langkah-langkah penelitian kelas
1.        Plan/perencanaan. Dengan perencanaan yang baik, guru pelaksana PTK akan lebih mudah untuk mengatasi kesulitan dan mendorong guru untuk bertindak dengan lebih efektif. Sebagai bagian dari perencanaan, guru sebagai peneliti harus berkolaborasi (bekerja sama) dan berdiskusi dengan sejawat untuk membangun kriteria dan kesamaan bahasa dan persepsi dalam merancang tindakan perbaikan. Tahapan yang dilaksaksanakan pada tahap perencanaan meliputi Identifikasi masalah, analisis masalah, perumusan masalah serta tujuan, dan formulasi tindakan dalam bentuk hipotesis tindakan.
2.        Action/tindakan. Jika semua perencanaan tindakan telah disiapkan, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan skenario tindakan perbaikan yang telah direncanakan dalam situasi yang aktual. Kegiatan pelaksanakan tindakan dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan dan pada saat yang bersamaan kegiatan pelaksanaan tindakan  ini juga diikuti dengan kegiatan observasi.
3.        Observation/pengamatan. Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-hambatan yang muncul.
Observasi dapat dilakukan secara terbuka dan tertutup. Pada observasi terbuka, pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya menyiapkan kertas kosong untuk merekam kegiatan pembelajaran yang diamati. Pada observasi tertutup, pengamat telah menyiapkan dan menggunakan lembar observasi untuk merekam aktivitas pembelajaran yang diamati.
4.      Reflection/ refleksi. Refleksi disini meliputi kegiatan: analisis, sistesis, penafsiran (penginterprestasian), menjelaskan serta menyimpulkan dan tindak lanjut. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan selanjutnya.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan guru dalam menyusun proposal adalah :
Pertama adalah menyusun judul, kalimat judul harus mengandung setidaknya 3 aspek, yakni masalah yang dipecahkan, cara mengatasi atau rencana tindakan, dan sasaran atau subyek penelitian.
Kedua menyusun latar belakang, latar belakang umumnya berisikan uraian, antara lain tentang:
-       Kondisi ideal dan kondisi riil pendidikan atau pembelajaran yang saat ini berkembang di sekolah.
-       Permasalahan-permasalahan pembelajaran yang muncul atau ditemukan, beserta uraian tentang kemungkinan-kemungkinan penyebabnya.
-       Dampaknya jika masalah pembelajaran tersebut tidak segera diatasi.
Ketiga menyusun rumusan masalah, rumusan masalah ditulis berdasarkan rumusan kalimat masalah yang telah dibuat.
Keempat menyusun tujuan penelitian, tujuan penelitian disesuaikan dengan rumusan masalahnya.
Kelima menyusun manfaat PTK, manfaat PTK dapat dikaitkan dengan manfaat bagi anak, bagi guru sendiri dan guru-guru yang lain, dan bagi peningkatan kualitas pembelajaran dan pendidikan secara umum.
Keenam menyusun kajian pustaka, Untuk menulis atau menyusun kajian pustaka guru perlu membaca beberapa buku sumber atau artikel yang terkait dengan topik dan permasalahan PTK. Kajian pustka sebaiknya dari sumber yang terkini kira-kira 10 tahun terakhir.
Ketujuh menyusun metode penelitian, metode penelitian berisi deskripsi tentang :
-       Subyek Penelitian
-       Lokasi Penlitian dan Jadwal Pelaksanaan
-       Data dan Sumber Data
-       Instrumen Penelitian
-       Teknik Analisis Data
-       Tahap-tahap Penelitian (Siklus I, Siklus II (dilakukan sesuai hasil refleksi Siklus I))
-       Perkiraan Biaya Penelitian (jika digunakan untuk mengusulkan dana ke sponsor)
-       Personalia Penelitian
Kedepalan jadwal penelitian, jadwal penelitiannya disusun dalam bentuk diagram
Kesembilan daftar rujukan/pustaka, penulisan daftar pustaka sesuai ketentuan.
Kesepuluh lampiran-lampiran terdiri atas instrumen penelitian, data penting dan daftar riwayat hidup.
Praktik pelaporan atau peyusunan laporan PTK perlu mengikuti sistematika laporan pada umumnya yang dalam garis besarnya dapat di bagi kedalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi dan bagian penutup.
1.        Bagian Awal laporan PTK berisi tentang halaman sampul, halaman judul, halaman pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar lampiran, dan daftar table.
-       Halaman Judul. Singkat padat (maksimal 22 kata); spesifik; dan cukup jelas; dan cukup jelas menggambarkan masalah yang akan di teliti, tindakan untuk mengatasinya, hasil yang di harapkan dan tempat penelitian.
-       Halaman Pengesahan. ditanda tangani oleh ketua peneliti, kepala sekolah, dan pembimbing atau pendamping (jika ada), sebagai keterangan bahwa laporan PTK yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan.
-       Abstrak. merupakan kepadatan (sari) dari hasil penelitian yang memuat latar belakang, tujuan penelitian, metode, hasil penelitian, dan kesimpulan yang ditik satu spasi, dan di rumuskan dalam satu paragraf dengan jumlah kata kurang lebih 200 kata atau sebanyak satu halaman.
-       Kata Pengantar. Menjelaskan asal-usul mengapa masalah PTK ini di angkat sebagai topik penelitian, faktor-faktor lingkungan yang memberi arti pentingnya penelitian, kedudukan PTK dalam pemecahan masalah pembelajaran, serta secerah harapan kepada pihak-pihak yang membaca laporan penelitian.
-       Daftar Isi
-       Daftar Gambar
-       Daftar Lampiran
-       Daftar Tabel
2.        Bagian Isi. memuat lima bab penting, yakni pendahuluan, kajian pustaka, metodologi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, serta simpulan dan saran.
-       BAB I PENDAHULUAN
ü Latar Belakang. Uraian secara lugas masalah yang ingin ditanggulangi, penyebab timbulnya masalah tersebut, dan tingkat masalah yang ingin ditanggulangi oleh peneliti. Dalam latar belakang ini juga perlu di kemukakan bahwa masalah yang di teliti benar-benar nyata dan berada dalam kewenangan guru, serta ditunjang oleh teori-teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu.
ü Identifikasi dan pembatasan masalah, identifikasi masalah adalah pengenalan masalah atau inventarisir masalah. Identifikasi masalah adalah salah satu proses penelitan yang boleh dikatakan paling penting diantara proses lain. Masalah penelitian akan menentukan kualitas dari penelitian, bahkan juga menentukan apakah sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak. Masalah penelitian secara umum bisa kita temukan lewat studi literatur atau lewat pengamatan lapangan(observasi, survey, dsb). Dari berbagai masalah selanjutnya diadakan pembatasan masalah, mana saja yang menjadi perhatian dalam PTK.
ü Tujuan Penelitian. yang akan dicapai (umum dan khusus) dirumuskan dengan jelas sesuai masalah yang dikemukakan sehingga menunjukkan tingkat efektifitas (atau in-efektifitas) dari suatu perlakuan tertentu sehingga menjadi input atau informasi yang berharga untuk memperbaiki aturan atau praktik pembelajaran.
ü Manfaat Penelitian. Dalam penelitian tindakan kelas, Guru atau peneliti secara tidak langsung akan mengembangkan perangkat-perangkat pembelajaran yang serasi dengan teori yang mendasari tindakan. Rumuskan manfaat perangkat-perangkat pembelajaran tersebut kaitannya dengan upaya melakukan perbaikan pembelajaran. Di samping itu, Guru atau peneliti akan berhasil mengeksplorasi atau mengungkap temuan data atau fakta empiris. Lakukan prediksi terhadap data atau fakta empiris tersebut dan rumuskan manfaatnya. Semua manfaat yang dirumuskan tersebut dispesifikasi untuk anak, guru, peneliti, sekolah, atau pihak-pihak lain yang berkepentingan.
ü Pertanyaan Penelitian. Berisi pertanyaan-pertanyaan sesuai dan sejalan dengan tujuan penelitian yang di cari jawabannya dalam penelitian
ü Hipotesis Tindakan. Berisi jawaban sementara dari masalah yang dihadapi, sebagai alternative tidakan yang dipandang paling tepat untuk memecahkan masalah yang dipilih melalui PTK.
ü Sistematika Penulisan. Berisi tentang penjelasan sistematika laporan hasil penelitian tindakan kelas, terutama yang berkaitan dengan isi bab I. pendahuluan sampai bab V. simpulan dan saran.
-       BAB II KAJIAN PUSTAKA.
Membahas kajian teoritis dan empiris yang dilaporkan dalam jurnal, majalah, situs internet, buku teks atau laporan penelitian tedahulu, sejalan dengan rumusan dan hipotesis tindakan.
-       BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Menguraikan langkah-langkah penelitian yang akan di lakukan secara rinci, mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi refleksi yang bersifat siklus.
-       BAB IV HASIL PEMBAHASAN
Mengolah data lapangan sesuai dengan yang dituntut oleh penelitian, sehingga terbuka kesempatan untuk menarik pengertian dan penafsiran secara tepat dan signifikan. Hasil penelitian di sajikan dalam bentuk siklus yang di laksanakan dalm PTK dan setiap siklus dilaporkan secara lengkap, mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan.
-       BAB V SIMPULAN dan SARAN
Merumuskan secara ringkas jawaban atas masalah dan hipotesis yang di teliti, serta tindakan yang dilakukan untuk memecahkan masalah sesuai dengan siklus yang dikembangkan.
3.    Bagian penutup laporan PTK berisi tentang daftar rujukan dan lampiran-lampiran.
-       Daftar Pustaka yang dicantuman hanya buku teks, jurnal, majalah, atau artikel yang benar-benar di jadikan rujukan, dan disusun secara alfabetis.
Semua pustaka yang dirujuk guna mendukung penelitian yang dilaksanakan harus dituliskan pada bagian ini. Daftar pustaka ditulis secara konsisten mengikuti urutan abjad dan mengikuti aturan tertentu, misalnya American Psychology Association (APA).
Ø Untuk buku teks : Nama penulis (dibalik), judul buku (tulis miring), kota penerbit : Nama Penerbit.
Ø Jika sumber bacaan (buku atau lainnya) tidak ada nama penulis, maka nama penulis diganti dengan “Anonim”.
Ø Untuk jurnal / majalah : nama Penulis, Tahun, Judul Tulisan, Nama jurnal / majalah (huruf miring), No., Volume.
Ø Hasil Penilitian / Laporan Penelitian : Nama Peneliti, Tahun, Judul penelitian, jenis penelitian, Sponsor/Sumber. Dana, Kota.
-       Lampiran
Melampirkan biodata penulis dan data penunjang hasil penelitian.

B.     DESKRIPSIKAN/URAIKAN KEMAJUAN YANG DIPEROLEH SELAMA PEMBEKALAN
1.    MATERI YANG SUDAH DIPAHAMI/KUASAI
Materi yang menurut saya sudah dipahami ialah tentang jenis-jenis TIK dalam teknologi informasi dan komunikasi.
Adapun jenis TIK diantaranya :
1) Audio (Pendengaran). suara atau bunyi yang dihasilkan oleh getaran suatu benda. Proses komunikasi pembelajaran dengan menggunakan media audio tidak lepas dari pembahasan aspek pendengaran. Mendengarkan sesungguhnya suatu proses rumit yang melibatkan empat unsur: (1) mendengar, (2) memperhatikan, (3) memahami, dan (4) mengingat. Jadi definisi mendengarkan adalah” Proses selektif untuk memperhatikan, mendengar, memahami, dan mengingat simbol-simbol pendengaran”.
2) Visual (penglihatan). Menurut wikipedia Komunikasi visual (komunikasi melalui penglihatan) adalah sebuah rangkaian proses penyampaian informasi atau pesan kepada pihak lain dengan penggunaan media penggambaran yang hanya terbaca oleh indera penglihatan. Seperti buku dan modul, komik, majalah dan jurnal, poster.
3) Audio visual. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media auditif (mendengar) dan visual (melihat). seperti film gerak, video, televisi
4) Komputer.
5) Internet.
Salah satu jenis TIK tersebut dapat dimanfaatkan sebagai media dalam pembelajaran di PAUD. Untuk menyediakan TIK dalam PAUD, perlunya memperhatikan kesehatan dan keselamatan anak. TIK yang digunakan harus sesuai dengan perkembangan anak.  Didalam sumber belajar telah dijelaskan dengan detail tentang materi jenis-jenis TIK. Sehingga membuat pembaca mudah dalam memahaminya.

2.    MATERI YANG BELUM DAPAT DIPAHAMI/KUASAI
a.        Materi yang belum dapat saya pahami menurut saya ialah terletak pada seni musik dalam bidang pengembangan seni.
Pada dasarnya anak usia dini sangat menyukai musik. sekedar mendengarkan atau memainkan. Kesenangan semakin terlihat apabila anak terlibat didalamnya. Pada umumnya anak yang baru masuk taman kanak-kanak yang masih merasa malu dengan terlibat dalam acara musik meskipun di sekolah sedang diadakan senam irama. Sering sekali para guru tidak mengerti akan istilah musik seperti melodi dan harmoni, ritme, timbre, dinamika dan sebagainya sehingga merasa kesulitan untuk mempelajarinya. Jadi musik itu hanya bisa di dengarkan, dimainkan dalam suatu permainan dan dinyanyikan lagu kesukaan karena keterbatasan dalam mengenal musik secara lebih.
b.        Materi yang sulit dipahami menurut saya terletak pada materi menganalisis data dalam langkah-langkah PTK.
Materi menganalisis data tersebut kurang dijelaskan bagaimana cara menganalisis data kualitatif maupun kuantitatif secara lebih detail. Menganalisis data merupakan upaya mengolah data menjadi sebuah informasi, sehingga sangat bermanfaat untuk menjawab masalah yang berkaitan dengan penelitian. Adapun tujuan dari analisis data ialah untuk mendeskripsikan data sehingga bisa di pahami, dan untuk membuat kesimpulan atau menarik kesimpulan. Analisis data terhadap data yang berhasil dikumpulkan dalam pelaksanaan penelitian tindakan dapat dilakukan sepanjang proses penelitian, tetapi perlu dihindari analisis data yang terlalu dini. Hal ini dilakukan untuk menghindari penarikan kesimpulan yang dilakukan secara tergesa-gesa.
Analisis data sangat penting dalam sebuah penelitian. Jika sebuah penelitian tanpa analisis data maka penelitian tersebut tidak akan bisa menarik kesimpulan dan dinyatakan gagal dalam melakukan penelitian. Pentingnya memahami analisis data dalam materi PTK ini, sehingga penjelasan mengenai analisis data diharapkan lebih detail lagi demi pemahaman tentang materi analisis data.
C.     MATERI ESENSIAL YANG TIDAK ADA DALAM SUMBER BELAJAR
a.         Menurut saya materi esensial yang tidak ada dalam sumber belajar ialah seni drama. Pengertian seni drama atau seni peran adalah mengekspresikan cerita melalui aksi dan dialog. Aksi bisa berupa gerakan badan anak yang bisa mengkomunikasikan pesan. Tujuan bermain drama adalah untuk memahami dan memanage perasaan diri, memahami dan merespon perasaan orang lain, menempatkan diri dalam peran dan situasi tertentu serta mengekspresikan kata-kata. Dari pengertian tersebut diharapkan materi tentang seni drama di cantumkan dalam sumber belajar ini demi kemajuan pendidikan anak usia dini.
b.    Menurut saya materi esensial yang tidak ada dalam sumber belajar ialah tentang model penelitian tindakan kelas.
Model Kemmis & Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt Lewin, hanya saja komponen acting dan observing dijadikan satu kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama.
Dalam perencanaannya, Kemmis menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting), dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan permasalahan. Pola dasar model PTK menurut Kemmis & Taggart ditunjukan pada gambar berikut :










Demi dapat tercapainya pembuatan ptk secara lebih baik lagi. Maka materi ini di anggap penting dan harus ada didalam sumber belajar ini.
D.     MATERI YANG TIDAK ESENSIAL NAMUN ADA DALAM SUMBER BELAJAR
Materi yang tidak esensial namun ada dalam sumber belajar ini menurut saya tidak ada. Dari keseluruhan materi yang ada di dalam sumber belajar ini mulai dari materi tentang bidang pengembangan PAUD sampai dengan materi tentang penelitian tindakan kelas. Secara keseluruhan materi tersebut sangatlah penting di pelajari untuk kemajuan pendidikan anak usia dini. Bahkan seorang guru harus mempelajari suatu yang berkaitan dengan pendidikan anak usia dini baik yang ada dalam sumber belajar ataupun tidak ada dalam sumber belajar ini demi mencetak generasi yang lebih baik lagi. Jadi secara keseluruhan materi yang ada dalam sumber belajar ini adalah esensial.
E.     KEMAJUAN DALAM MENYELESAIKAN LATIHAN SOAL URAIAN
1.    SOAL URAIAN YANG DAPAT ANDA SELESAIKAN SENDIRI TANPA BANTUAN MENTOR
soal uraian yang dapat saya selesaikan sendiri tanpa bantuan mentor adalah tentang bermain dan permainan sebagai berikut :
1.      Sebelum dan sesudah pelajaran, Bu Atik selalu mengajak anak-anak untuk memeriksa kebersihan kelasnya bersama anak-anak. Di dinding juga ditulisi slogan yang berbunyi ”kebersihan bagian dari iman”. Tetapi hal itu ternyata mendapat penolakan dari orang tua dengan alasan anaknya masih terlalu dini untuk diajak membersihkan kelas. Bagaimanakah upaya Anda agar anak tidak mengalami kebimbangan dalam menentukan sikap tersebut?
Jawab : Definisi sehat menurut UU Tahun 1980 tentang Pokok-Pokok Kesehatan, sehat adalah sehat badan, rohani (mental), dan social, bukan hanya sebatas dari penyakit-penyakit, cacat, dan kelemahan. Menjaga kebersihan sama halnya dengan menjaga kesehatan. langkah pertama yang harus diambil guru ialah mengidentifikasi orang tua dan anak didik, kemudian memberikan penjelasan dan pengertian kepada orangtua tentang perlunya menanamkan kebiasaan menjaga kebersihan sejak dini. Kedua Melatih anak untuk mengerjakan hal sederhana dan tidak selalu menuruti kemauan anak dan orang tua. Ketiga membiasakan anak melakukan hal yang sederhana dan bermanfaat untuk masa depannya kelak.
2.      Setelah mengamati beberapa gambar anak-anak kelompok A TK Irama, Bu Rini menemukan gambar rumah lengkap dengan halaman depan dan halaman belakangnya. Hanya saja anak-anak menggambar halaman belakang rumah, sepeda, burung dan awan di atas atap.  Bu Rini kemudian berkomentar bahwa anak-anak harus menggambar secara realistis.
a.    Bagaimana pendapat Anda tentang gambar tersebut?
Jawab : gambar yang ditemukan bu rini merupakan gambar yang paling baik. Dikarenakan pada anak usia 4-5 tahun (kelompok A) seni menggambar masuk pada tahap pra bagan yakni sebelum bentuk dasar suatu obyek.
b.    Apakah cara menyikapi gambar tersebut sesuai dengan tahap perkembangan anak?
Jawab : tidak. Dikarenakan usianya belum cukup untuk menggambar secara realistis. Anak usia 4-5 tahun kemampuan menggambarnya pada tahap pra bagan. Jadi menurut saya cara bu rini menyikapi gambar tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak.
3.      Buatlah sebuah permainan yang dapat membantu anak untuk mengembangkan kemampuan berbahasa reseptif dan ekspresif secara terpadu!
Jawab : bermain peran. Guru dan murid. Alat yang digunakan : peralatan belajar. Cara bermain : ajak beberapa anak untuk memainkan peran menjadi guru dan yang lain menjadi murid. Guru tugasnya mengajar, sedangkan murid tugasnya belajar. Biarkan anak yang bertugas sebagai guru dan murid tadi berkomunikasi layaknya guru dan murid sungguhan.
4.      Buatlah minimal 2 contoh kegiatan yang dapat memfasilitasi anak untuk mengembangkan sikap simpati dan empati pada anak TK!
Jawab : 1) menjenguk orang sakit. Dalam kegiatan ini akan mengembangkan rasa kepedulian terhadap sesama sehingga anak mampu mengolah perasaan dan ketegasan secara berimbang. 2) membantu orang yang tertimpa musibah. Diharapkan timbulnya kemampuan merasakan apa yang dirasakan orang lain. Sikap ini akan membuat anak memahami sebuah perasaan dengan tulus dan tepat untuk mengaplikasikan perasaan tersebut
5.      Analisis sebuah permainan tradisional di daerah anda yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak. Identifikasi jenis aktivitas yang relevan untuk pengembangan kemampuan nilai agama dan moral, sosial-emosional, bahasa, kognitif, fisik motorik dan seni.
Jawab : jek-jekan kelompok B.
Cara bermaian : terdiri dari dua tim. Masing-masing tim mencari tempat untuk dijadikan markas misal tiang atau batang pohon. Untuk memenangkan permainan ini biasanya dengan dua cara. Pertama, adu cepat mengambil alih markas pihak lawan. Caranya dengan menyentuh markas lawan sembari menyerukan “jeeek!”. Atau kedua, menahan seluruh anggota tim lawan dengan jalan menyentuh anggota tubuh mereka. Biasanya anak yang paling dekat waktunya kala menyentuh markasnya sendiri berhak menjadi penawan. Ia bisa mengejar tim lawan, menyentuh, lalu menggiring si tahanan dan menempatkan mereka disekitar markasnya. Tahanan bisa bebas apabila salah seorang rekannya bisa menyentuh anggota tubuh si tertahan, misal tangannya. Oleh karena itu biasanya si tertahan akan berdiri sambil menjulurkan tangan agar mudah tersentuh oleh rekan yang hendak menyelamatkan dirinya.
Analisis : Dilihat dari aspek fisik, jek-jekan dapat mengembangkan kecerdasan kinestetik anak karena dalam permainan ini terdapat gerakan motorik (berlari). Anak juga dilatih bersikap cekatan, berkonsentrasi, dan melihat peluang degan cepat untuk mengambil keputusan terbaik agar bisa menahan lawan atau mengelabuhi lawan. Selain itu, jek-jekan juga mengembangkan kecerdasan spasial anak karena permainan ini mendorong anak untuk mengenal konsep ruang yaitu saat menjaga markas. Permainan jek-jekan juga bisa mengembangkan kecerdasan emosi dan kecerdasan sosial karena permainan ini dilakukan secara berkelompok. Dengan berkelompok, anak akan mengasah emosinya sehingga timbul toleransi dan empati terhadap orang lain, merasa nyaman dan terbiasa berada dalam kelompok serta mengajarkan kebersamaan. Melalui  kecerdasan moral anak di tuntut untuk bermain secara jujur, penolong dan sportif sehingga terjalin kekompakan dalam tim. Dalam bidang pengembangan kognitif adalah anak harus bisa menunjukkan sikap kreatif dalam menyelesaikan masalah. Menyusun cara agar dapat memenangkan permainan. Agar dapat memenangkan permainan diperlukan taktik jitu dan didukung oleh kecepatan lari yang diandalkan. Dalam bidang pengembangan bahasa anak diminta untuk memahami aturan yang berlaku dalam suatu permainan. Karena permainan ini melibatkan beberapa anak, maka anak harus betul-betul memahami aturan dalam permainan. Bidang pengembangan seni adalah anak bermain drama sederhana. Ada yang berperan sebagai penyerang, pengganggu, penjaga bahkan mata-mata.
Kelemahan dari permainan ini adalah adanya resiko untuk terjatuh dan mengalami cidera.

2.    SOAL URAIAN YANG DAPAT ANDA SELESAIKAN SETELAH MENDAPAT BANTUAN MENTOR
Mentor menyemangati dalam mengerjakan soal uraian tentang penelitian tindakan kelas sebagai berikut :
Kasus pembelajaran
Bu Devi ialah guru kelompok A TK Cempaka Malang. Dalam keseharian anak-anak kelompok A menunjukkan hal-hal berikut. Dari 20 anak di kelompok A, hanya 5 anak yang mampu memilih kegiatannya sendiri. 10 anak di antaranya belum mampu menyelesaikan tugas-tugasnya sampai selesai, dan hanya 7 anak yang mampu menyelesaikan tugasnya secara mandiri. Di samping itu  4 anak sering mengganggu temannya yang sedang mengerjakan tugas. Setelah diselidiki, ternyata  kegiatan pembelajaran yang dilakukan Bu Devi bersifat rutin, yaitu selain bercerita, anak-anak mengerjakan LKS yang sudah dibagikan  pada awal tahun ajaran baru. Untuk memperbaiki situasi tersebut, Bu Devi mendiskusikannya dengan Kepala TK. Setelah mengkaji beberapa literatur  tentang karakteristik perkembangan anak dan strategi pembelajaran di TK, akhirnya Bu Devi memilih metode proyek.
Pertanyaan:
1.        Bantulah Bu Devi untuk menemukan akar permasalahan yang dihadapinya di kelompok A tersebut.
Jawab.
Berdasarkan kasus tersebut dapat diidentifikasi bahwa akar permasalahan yang terjadi adalah bahwa kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar anak tersebut masih rendah. Rendahnya kualitas pembelajaran tersebut tampak pada materi yang disampaikan masih monoton dan juga cara penyampaian materi masih satu arah. Sedangkan pada alat peraga yang digunakan kurang menarik perhatian. Bahkan yang terjadi di dalam kelas adalah suasana pembelajaran yang membosankan dan kelas tidak tertib dikarenakan belum maksimal dalam penguasaan kelas. Sementara dilihat dari hasil belajar menunjukkan bahwa anak belum mampu dalam memilih kegiatannya sendiri, belum mampu mengerjakan tugasnya sampai selesai, belum mandiri dalam menyelesaikan tugas dan sering menganggu temannya yang sedang menyelesaikan tugas.
2.        Identifikasi faktor-faktor penyebab mengapa permasalahan itu terjadi!
Jawab.
-       Pembelajaran yang dilakukan bersifat rutin dan monoton
-       Pembelajaran cenderung pasif dengan menggunakan LKS
3.        Jika Bu Devi ingin melakukan penelitian tindakan kelas, bantulah Ia merumuskan judul penelitian tindakan kelas tersebut!
Jawab.
Upaya meningkatkan kemandirian anak dalam menyelesaikan tugas melalui metode proyek pada kelompok A TK Cempaka Malang.
4.        Buatlah peta konsep teori yang mendukung penelitian yang dilakukan oleh Bu Devi.
Jawab.
a.    Kemandirian anak
-       Pengertian kemandirian
a.    Masrun (1986)
b.    Bandura
c.    Chabib toha (1993)
d.   Kartini kartono (1985)
-       Faktor yang mempengaruhi kemandirian
a.    Schaefer (1996)
b.    Bigner
c.    Masrun dkk (1986)
-       Upaya menumbuhkan kemandirian
a.    Schaefer (1996)
b.    Rheingold dan eckermen
-       Manfaat kemandirian
a.    lamman
b.    Metode proyek
-       Pengertian metode proyek
a.    Heizer dan render (2006)
b.    Schwalbe
c.    John dewey
d.   Nurhayatii (2010)
-       Langkah-langkah pembelajaran metode proyek
a.    Ahmadi (1997)
-       Manfaat metode proyek
a.    larson
b.    Johnson & johnson (1989)
c.    Vygotsky (1978)
d.   Davidov (1995)

3.    SOAL URAIAN YANG MASIH BELUM DAPAT SAYA SELESAIKAN DENGAN BAIK ATAU BELUM SEMPAT DILAKUKAN PEMBIMBINGAN DENGAN MENTOR
Soal uraian berikut yang belum saya selesaikan dengan baik.
1.    Jelaskan keterkaitan antara konsep belajar dan bermain dalam perspektif pendidikan anak usia dini!
Jawab.
Menurut dewey, pengalaman dalam belajar tampak ketika anak memiliki kesempatan untuk beraktivitas fisik yang menggerakan mereka untuk bermain, berangkat ke sekolah dengan senang hati, bebas mengatur dan mempelajari sesuatu dengan mudah. Belajar adalah sesuatu yang serius dan bermain adalah sebaliknya. Meskipun demikian sebenarnya , konsep belajar dan bermain tidak perlu dipertentangkan karena bagi anak belajar dapat dilakukan dengan bermain. Belajar tidak selamanya dalam bentu situasi yang serius dan tegang, tapi justru bisa dikemas dalam bentuk permainan yang menyenangkan. Dengan demikian proses belajar mengajar akan berjalan dengan menyenangkan dan terbebas dari rasa stres. Baik guru maupun anak akan menikmati suasana permainan tapi tetap tidak lepas dari esensi pembelajaran. Bermain merupakan saran belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan dan mengambil kesimpulan mengenai benda disekitarnya. Bermain disebutkan dalam kurikulum merupakan pendekatan dalam melaksankan kegiatan pembelajaran anak usia dini. Upaya pendidikan yang diberikan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dan menggunakan strategi metode, materi dan bahan media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak.
2.        Pembelajaran untuk anak usia dini dilaksanakan melalui aktivitas bermain. Jelaskan peran bermain dalam memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Jawab.
Bermain merupakan aktifitas yang akan membuat hati anak menjadi senang, nyaman, ceria dan semangat. Melalui permainan anak dapat menjelajahi lingkungannya dan mempelajari objek disekitar dan belajar memecahkan masalah yang dihadapinya. Struktur kognitif anak perlu dilatih, dan permainan merupakan setting yang sempurna bagi latihan ini. Fungsi fungsional permainan dapat meningkatkan perkembangan sosial anak. Khususnya dalam permainan fantasi dengan memamerkan suatu peran, anak belajar memahami orang lain dalam peran-peran yang akan ia mainkan dikemudian hari setelah tumbuh menjadi orang dewasa. Fungsi emosi permainan memungkinkan anak untuk memecahkan sebagian masalah emosionalnya, belajar mengatasi kegelisahan dan konflik batin. Permainan memungkinkan anak melepaskan energi fisik yang berlebihan dan membebaskan perasaan-perasaan yang terpendam.
3.        Buatlah sebuah permainan yang sesuai untuk anak usia 4-5 tahun, yang dapat digunakan untuk memfasilitasi perkembangan kreativitas anak! Rancangan permainan hendaknya memuat unsur berikut ini.
a.    Judul permainan : puzle geometri
b.    Tujuan permainan : dapat memecahkan masalah sederhana, dapat mengembangkan koordinasi mata dengan tangan, dapat mengembangkan keterampilan motorik anak, dapat mengembangkan keterampilan kognitif, dan dapat melatih kesabaran.
c.    Alat/bahan yang digunakan : kertas berbentuk geometri yang terpotong menjadi beberapa bagian dengan berbagai warna
d.   Langkah-langkah permainan : anak mengambil potongan kertas yang telah di acak kemudian menyusun potongan kertas menjadi bentuk gambar yang utuh
e.    Aturan permainan : menyusun potongan kertas secara benar dan tepat
f.     Kriteria keberhasilan permainan : anak usia 4-5 tahun baru mengenal bentuk-bentuk geometri sehingga diharapkan tidak menemukan kesulitan dalam bermain, sebaliknya diharapkan menemukan keceriaan dalam bermain.

Soal uraian berbasis kasus.
1.        Dalam menjelaskan berbagai suara hewan bu Guru memiliki keterbatasan untuk menirukan beberapa suara hewan. Kemudian bu Guru bermaksud menggunakan bahan audio berupa rekaman suara-suara hewan yang diunduh melalui media internet, namun bahan yang diperoleh berupa audio visual. Uraikan tindakan apa yang harus dilakukan bu Guru, dan alternative yang dapat dilakukan..!!
Jawab.
-            Dari soal di atas sepertinya bu guru sangat mengenal teknologi internet dari caranya mengunduh. Sehingga bu guru juga bisa menggunakan alat aplikasi pengubah berkas video menjadi audio jika menginginkan suara hewan berbentuk audio. Hp ataupun sound sistem bisa digunakan untuk memutarnya.
-            Apabila memiliki sarana dalam menampilkan video, mungkin sebaiknya disajikan saja dalam bentuk video sehingga anak akan lebih cepat belajar tentang hewan yang memiliki suara tersebut. Disamping itu anak akan merasa senang jika dapat langsung melihat sekaligus mendengar dari berbagai suara yang dimiliki hewan.
2.        Penjelasan bahan pembelajaran berupa objek bergerak dan besar seperti perjalanan mengikuti kapal dapat dilakukan guru dengan menggunakan TIK yang berupa gambar animasi. Coba bantulah Guru untuk menentukan objek bahan kajian belajar untuk PAUD melalui gambar animasi tersebut…!! 
Jawab.
Dalam menentukan objek bahan kajian untuk belajar berupa animasi, yang perlu dilakukan pertama ialah mempersiapkan alat pembuat animasi yakni komputer. Kemudian menentukan gambar sesuai tema yang akan yang digunakan misalnya gambar kapal laut sedang bergerak. Jadi yang harus disiapkan ialah beberapa gambar kapal laut lengkap dengan ombaknya dari yang berukuran kecil hingga yang besar. Buka program power point pada komputer, lalu masukkan gambar tersebut di beberapa lembar kerja yang diinginkan. Kemudian putar menggunakan slide. Bisa juga ditambahkan dengan suara-suara agar lebih baik lagi.
3.        Berdasarkan hasil penelitian terhadap komputer ternyata berpengaruh terhadap intelegensi. Berdasarkan hasil riset tersebut bu Guru bermaksud memanfaatkan komputer dalam kemampuan memecahkan masalah melalui permainan puzzle elektronik. Uraikan kelebihan dan kelemahan permainan puzzle elektronik tersebut dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah di PAUD..!!
Jawab.
Media games puzzle memiliki kelebihan diantaranya :
ü Dengan adanya games puzzle dapat menarik minat belajar siswa
ü Dapat membantu memecahkan masalah
ü Dapat mengembangkan keterampilan motorik anak
ü Dapat melatih kesabaran
ü Gambar puzzle tersebut dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, karena tidak semua objek benda dapat dibawa kedalam kelas
ü Dengan adanya media pembelajaran ini, anak dapat melihat, mengamati dan melakukan percobaan serta dapat menambah wawasan anak.
Adapun kekurangan dari games puzzle yaitu :
ü Media ini lebih menekankan pada indra penglihatan
ü Gambar kurang maksimal bila diterapkan dalam kelompok besar
ü Menimbulkan ketagihan
ü Membuat orang menjadi malas









BAB III.
PENUTUP
Materi belajar pedagogik dan materi belajar profesional merupakan dua komposisi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pembelajaran. kedua materi harus sama-sama dikuasai untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. sebagai seorang pendidik tidak cukup jika hanya memahami tentang materi pedagogik saja, tanpa memahami materi profesional. Sebab didalam materi pedagogik terdapat kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik meliputi pengembangan karakter peserta didik, teori belajar, model-model pembelajaran, media pembelajaran hingga evaluasi hasil belajar. Sedangkan didalam materi profesional terdapat kemampuan pendidik dalam menguasai materi pembelajaran secara luas meliputi bidang pengembangan di PAUD, bermain dan permainan, hingga penelitian tindakan kelas.
Dalam materi sumber belajar baik materi belajar pedagogik maupun profesional, secara umum materi sudah dipaparkan dengan jelas dan padat. Akan tetapi, kurangnya beberapa penjelasan dalam beberapa materi membuat kurangnya pemahaman dalam memahami isi materi. Sehingga dibutuhkan referensi lain untuk memudahkan memahami materi tersebut.
Demikianlah laporan ahir pembekalan inidapat tersusun. Mudah-mudahan laporan ahir pembekalan ini dapat bermanfaat untuk banyak kalangan. Saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan dan diharapkan untuk menjadikan laporan ini menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.



note : seharusnya pada penutup ada saran dan kritik
dari berbagai sumber